Rabu, 04 September 2024

Batang Lupar | Kutukan dari Balik Rimba | ceritasakti.com

Ceritasakti.com - Suara burung hutan terdengar di Desa Batang Lupar, Kalimantan Barat, saat sepuluh mahasiswa KKN dari Jawa tiba. Matahari sore yang biasanya hangat, kini tersembunyi di balik kabut, menciptakan suasana yang mencekam. Mereka disambut oleh kepala desa, Pak Long, dengan senyum ramah yang sedikit dipaksakan.


"Selamat datang di Batang Lupar," Pak Long menyapa, "Saya harap kalian bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di sini."


Mahasiswa-mahasiswa itu mengangguk antusias, berusaha menyembunyikan kegugupan mereka. Mereka telah mendengar cerita-cerita tentang desa ini, tentang adat istiadatnya yang kental dan kepercayaan mistisnya yang kuat.


Hari-hari pertama mereka di Batang Lupar diisi dengan kegiatan-kegiatan KKN seperti mengajar di sekolah desa, membantu warga bertani, dan melakukan survei kesehatan. Mereka berusaha berbaur dengan masyarakat setempat, belajar bahasa dan adat istiadat mereka.


Namun, ada satu hal yang membuat mereka gelisah. Pak Long telah memperingatkan mereka tentang beberapa pantangan yang harus dipatuhi. Salah satunya adalah larangan memasuki hutan larangan, yang konon dihuni oleh makhluk-makhluk gaib.


Batang Lupar Kutukan dari Balik Rimba


"Hutan itu adalah tempat keramat," Pak Long menjelaskan, "Jika kalian melanggar pantangan, kalian akan menerima akibatnya."


Mahasiswa-mahasiswa itu mengangguk patuh, namun rasa penasaran mereka terhadap hutan larangan semakin besar. Suatu malam, salah satu dari mereka, Andi, memutuskan untuk melanggar pantangan. Dia mengajak teman-temannya, Doni dan Riko, untuk menjelajahi hutan larangan.


"Ayolah, jangan takut," Andi membujuk, "Kita hanya ingin melihat-lihat saja. Lagipula, ini kesempatan langka."


Doni dan Riko ragu-ragu, namun akhirnya mereka setuju. Mereka bertiga menyelinap keluar dari rumah tempat mereka menginap dan menuju hutan larangan.


Hutan larangan gelap dan sunyi. Suara-suara binatang malam terdengar dari kejauhan, menambah suasana mencekam. Andi, Doni, dan Riko berjalan hati-hati, berusaha tidak membuat suara.


Mereka tiba di sebuah sungai kecil yang mengalir di tengah hutan. Andi melihat sebuah batu besar di tepi sungai. Dia mendekatinya dan melihat ada ukiran aneh di permukaan batu itu.


"Lihat ini," Andi memanggil Doni dan Riko.


Mereka bertiga mengamati ukiran itu dengan seksama. Ukiran itu berbentuk wajah manusia dengan ekspresi marah. Di bawah wajah itu, terdapat tulisan dalam bahasa daerah yang mereka tidak mengerti.


Andi mengeluarkan ponselnya dan memotret ukiran itu. Dia ingin menunjukkannya kepada teman-temannya yang lain.


Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemuruh dari arah hutan. Mereka menoleh dan melihat kabut tebal bergerak cepat ke arah mereka.


Mereka bertiga panik dan berlari kembali ke desa. Namun, kabut itu semakin dekat. Mereka merasa seperti dikejar oleh sesuatu yang tidak terlihat.


Mereka akhirnya berhasil keluar dari hutan larangan dan kembali ke desa. Mereka terengah-engah, kelelahan dan ketakutan.


Keesokan harinya, Andi menunjukkan foto ukiran batu itu kepada teman-temannya. Salah satu dari mereka, Maya, yang berasal dari Kalimantan, mengenali ukiran itu.


"Itu adalah ukiran wajah roh penjaga hutan larangan," Maya menjelaskan, "Kalian telah melanggar pantangan dan mengganggu roh itu. Kalian akan menerima kutukan."


Mahasiswa-mahasiswa itu terkejut mendengar penjelasan Maya. Mereka tidak percaya bahwa mereka telah melakukan kesalahan fatal.


Beberapa hari kemudian, Andi mulai mengalami kejadian-kejadian aneh. Dia sering melihat bayangan hitam di sudut matanya, mendengar suara-suara bisikan di telinganya, dan merasa ada yang mengikutinya kemanapun dia pergi.


Andi menjadi ketakutan dan gelisah. Dia menceritakan kejadian-kejadian itu kepada teman-temannya, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa.


Suatu malam, Andi menghilang. Teman-temannya mencarinya ke seluruh desa, namun mereka tidak menemukannya. Mereka melaporkan kehilangan Andi kepada Pak Long.


Pak Long menggelengkan kepala sedih. "Ini adalah akibat dari perbuatan kalian," katanya, "Kalian telah melanggar pantangan dan mengganggu roh penjaga hutan larangan. Andi telah diambil oleh roh itu."


Mahasiswa-mahasiswa itu merasa bersalah dan menyesal. Mereka tidak menyangka bahwa perbuatan mereka akan berakibat fatal.


Mereka memutuskan untuk meninggalkan Batang Lupar lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Mereka tidak ingin mengalami hal yang sama seperti Andi.


Namun, sebelum mereka pergi, Pak Long memberikan mereka sebuah pesan.


"Ingatlah," Pak Long berkata, "Hutan larangan adalah tempat keramat. Jangan pernah melanggar pantangan lagi, di manapun kalian berada."


Mahasiswa-mahasiswa itu mengangguk patuh. Mereka berjanji tidak akan pernah melupakan pelajaran berharga yang mereka dapatkan di Batang Lupar.


Beberapa bulan kemudian, mahasiswa-mahasiswa itu kembali ke kampus mereka di Jawa. Mereka berusaha melupakan kejadian-kejadian mengerikan yang mereka alami di Batang Lupar.


Namun, mereka tidak tahu bahwa kutukan itu belum berakhir. Andi, yang dianggap telah diambil oleh roh penjaga hutan larangan, sebenarnya masih hidup. Dia telah dibawa ke dunia lain, dunia roh-roh.


Di dunia roh, Andi bertemu dengan roh penjaga hutan larangan. Roh itu marah besar karena Andi telah melanggar pantangan dan mengganggu kedamaiannya.


Roh itu memberikan Andi sebuah pilihan. Andi bisa tetap tinggal di dunia roh selamanya, atau dia bisa kembali ke dunia manusia dengan membawa kutukan.


Andi memilih untuk kembali ke dunia manusia. Dia tidak ingin terjebak di dunia roh selamanya.


Andi kembali ke dunia manusia, namun dia tidak lagi sama. Dia telah dirasuki oleh roh penjaga hutan larangan. Dia menjadi jahat dan pendendam.


Andi mulai meneror teman-temannya yang lain. Dia muncul di mimpi mereka, mengganggu mereka di kampus, dan bahkan mengancam akan membunuh mereka.


Teman-teman Andi ketakutan dan bingung. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka merasa bersalah karena telah meninggalkan Andi di Batang Lupar.


Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke Batang Lupar dan meminta bantuan Pak Long. Pak Long setuju untuk membantu mereka.


Pak Long melakukan ritual untuk mengusir roh penjaga hutan larangan dari tubuh Andi. Ritual itu berlangsung selama beberapa hari.


Akhirnya, roh penjaga hutan larangan berhasil diusir dari tubuh Andi. Andi kembali normal, namun dia tidak ingat apa-apa tentang kejadian-kejadian yang dia alami selama dirasuki roh itu.


Mahasiswa-mahasiswa itu lega karena Andi akhirnya selamat. Mereka berterima kasih kepada Pak Long dan berjanji tidak akan pernah melanggar pantangan lagi.


Mereka meninggalkan Batang Lupar dengan perasaan campur aduk. Mereka senang karena Andi telah kembali, namun mereka juga sedih karena mereka harus meninggalkan desa yang telah menjadi bagian dari hidup mereka.


Mereka belajar banyak hal dari pengalaman mereka di Batang Lupar. Mereka belajar tentang pentingnya menghormati adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat. Mereka juga belajar tentang kekuatan persahabatan dan pentingnya saling mendukung dalam menghadapi kesulitan.


Mereka akan selalu mengingat Batang Lupar sebagai tempat yang penuh misteri dan keajaiban. Mereka akan selalu mengingat pengalaman mereka di sana sebagai pelajaran berharga yang akan mereka bawa sepanjang hidup mereka. (E/S)

 Selesai