Selasa, 17 September 2024

Kenangan Foto Keluarga | Ceritasakti.com

Ceritasakti.comKeluarga kecil itu, terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak mereka, Rani dan Dika, baru saja pindah ke rumah baru mereka di pinggiran kota. Rumah itu, meskipun tua dan agak usang, memiliki pesona tersendiri dengan taman yang luas dan loteng yang penuh misteri. Anak-anak, Rani dan Dika, sangat bersemangat menjelajahi setiap sudut rumah, terutama loteng yang penuh dengan barang-barang peninggalan pemilik sebelumnya. Mereka merasa seperti sedang berpetualang di dunia yang berbeda, penuh dengan harta karun yang menunggu untuk ditemukan.


Suatu hari, saat Rani dan Dika sedang bermain di loteng, mereka menemukan sebuah kotak kayu tua yang tersembunyi di balik tumpukan buku-buku usang. Kotak itu berdebu dan terlihat rapuh, namun ada ukiran indah di permukaannya yang menarik perhatian mereka. Dengan penuh rasa ingin tahu, mereka membuka kotak itu dengan hati-hati dan menemukan sebuah foto keluarga yang sudah menguning. Foto itu menggambarkan sebuah keluarga bahagia, terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan, berdiri di depan rumah yang sama. Mereka bertiga tersenyum lebar, seolah-olah tidak ada beban di dunia ini.


"Lihat, Bu, Ayah!" seru Rani sambil berlari menuruni tangga loteng, diikuti oleh Dika. Mereka menunjukkan foto itu kepada orang tua mereka yang sedang bersantai di ruang tamu.


"Wah, ini pasti foto keluarga pemilik rumah sebelumnya," kata Ayah sambil mengamati foto itu dengan seksama. "Mereka terlihat sangat bahagia."


"Iya, Ayah. Tapi, kenapa mereka meninggalkan foto ini di sini?" tanya Dika penasaran.


Kenangan Foto Keluarga | Ceritasakti.com

Ibu tersenyum. "Mungkin mereka lupa membawanya saat pindah. Atau mungkin mereka sengaja meninggalkannya sebagai kenang-kenangan."


Malam itu, keluarga itu menggantung foto tersebut di ruang tamu, tepat di sebelah foto keluarga mereka sendiri. Mereka merasa senang bisa berbagi rumah dengan kenangan keluarga lain. Mereka berharap bisa menciptakan kenangan indah mereka sendiri di rumah itu, seperti keluarga di dalam foto.


Namun, sejak saat itu, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Pintu-pintu terbuka dan tertutup sendiri, suara-suara langkah kaki terdengar di lorong pada malam hari, dan barang-barang sering berpindah tempat tanpa sebab. Anak-anak mulai merasa takut, dan orang tua mereka pun mulai khawatir. Mereka mencoba mencari penjelasan logis, tapi tidak ada yang masuk akal.


Suatu malam, saat keluarga itu sedang makan malam, lampu tiba-tiba padam. Rumah menjadi gelap gulita, hanya diterangi oleh cahaya lilin di atas meja makan. Keheningan mencekam menyelimuti mereka, dan mereka bisa mendengar detak jantung mereka sendiri. Tiba-tiba, mereka mendengar suara tangisan anak kecil dari loteng. Suara itu terdengar sedih dan pilu, membuat bulu kuduk mereka berdiri.


"Ayah, aku takut," bisik Rani sambil memeluk ibunya erat-erat. Dika juga terlihat ketakutan, wajahnya pucat pasi.


Ayah mengambil senter dan naik ke loteng, diikuti oleh Ibu dan anak-anak. Mereka mencari sumber suara tangisan itu, tapi tidak menemukan siapa pun. Loteng itu gelap dan berdebu, dan bayangan-bayangan menari-nari di dinding, membuat suasana semakin mencekam. Namun, mereka melihat sesuatu yang membuat mereka merinding. Foto keluarga di ruang tamu telah berubah. Sekarang, foto itu hanya menggambarkan anak perempuan itu sendirian, dengan ekspresi wajah yang sedih dan kosong. Senyum bahagia yang dulu menghiasi wajahnya telah lenyap, digantikan oleh kesedihan yang mendalam.


Keluarga itu ketakutan. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di rumah itu. Mereka memutuskan untuk mencari tahu tentang keluarga sebelumnya, berharap bisa menemukan jawaban atas misteri yang menyelimuti rumah mereka.


Mereka pergi ke kantor catatan sipil setempat dan mencari informasi tentang pemilik rumah sebelumnya. Mereka menemukan bahwa keluarga itu terdiri dari seorang ayah bernama Pak Bambang, seorang ibu bernama Bu Ani, dan seorang anak perempuan bernama Lisa. Mereka juga menemukan bahwa Lisa meninggal secara tragis beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah kecelakaan mobil di depan rumah itu. Pak Bambang dan Bu Ani sangat terpukul oleh kematian Lisa, dan mereka tidak pernah bisa pulih sepenuhnya dari kehilangan itu.


Keluarga itu terkejut dan sedih mendengar berita itu. Mereka mulai memahami mengapa ada kejadian-kejadian aneh di rumah itu. Mereka merasa bahwa arwah Lisa masih bergentayangan di rumah itu, merindukan keluarganya dan tidak rela melepaskan rumah yang penuh kenangan itu.


Malam itu, keluarga itu berkumpul di ruang tamu, di depan foto Lisa. Mereka menyalakan lilin dan berdoa untuk Lisa, berharap arwahnya bisa tenang. Mereka juga meminta maaf karena telah mengganggu ketenangannya, dan mereka berjanji akan menghormati kenangannya.


Tiba-tiba, mereka mendengar suara pintu terbuka. Mereka menoleh ke arah pintu, dan melihat sosok anak perempuan kecil berdiri di sana. Anak itu mengenakan gaun putih yang sudah usang, dan rambutnya panjang terurai. Wajahnya pucat, dan matanya kosong, namun ada kesedihan yang mendalam terpancar dari dirinya.


Keluarga itu terpaku. Mereka tahu bahwa itu adalah Lisa.


Lisa berjalan perlahan ke arah mereka. Ia berhenti di depan foto keluarganya, dan menatap foto itu dengan sedih. Air mata mengalir di pipinya, dan ia terisak pelan.


"Aku rindu Ayah dan Ibu," bisik Lisa dengan suara lirih. "Aku tidak ingin pergi dari sini."


Keluarga itu merasa iba. Mereka ingin membantu Lisa, tapi mereka tidak tahu caranya. Mereka merasa bersalah karena telah menempati rumah Lisa, dan mereka ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahan mereka.


Tiba-tiba, Ayah punya ide. Ia mengambil foto keluarga mereka sendiri, dan meletakkannya di sebelah foto Lisa. Ia menatap Lisa dengan lembut, dan ia berkata, "Lisa, kami akan menjadi keluargamu sekarang. Kami akan menjagamu, dan kami akan selalu mengingatmu."


Lisa menatap Ayah dengan mata berkaca-kaca. Ia mengangguk perlahan, dan senyum tipis terukir di wajahnya. Ia mengulurkan tangannya, dan menyentuh foto keluarga baru itu. Cahaya lembut memancar dari tangannya, dan foto itu bersinar terang.


Keluarga itu menyaksikan dengan takjub saat Lisa perlahan menghilang, menyatu dengan cahaya. Mereka merasa damai dan lega, seolah beban berat telah terangkat dari pundak mereka.


Sejak saat itu, kejadian-kejadian aneh di rumah itu berhenti. Keluarga itu hidup bahagia di rumah itu, bersama dengan kenangan keluarga sebelumnya. Mereka selalu mengingat Lisa, dan mereka selalu merasa bahwa Lisa ada di sekitar mereka, mengawasi dan melindungi mereka. Mereka sering berbicara tentang Lisa, dan mereka merasa bahwa Lisa adalah bagian dari keluarga mereka.


Kenangan foto keluarga itu menjadi pengingat bagi mereka, bahwa keluarga adalah ikatan yang abadi, bahkan setelah kematian. Mereka belajar untuk menghargai setiap momen bersama keluarga mereka, karena mereka tahu bahwa waktu bersama orang-orang yang mereka cintai adalah berharga dan tidak bisa tergantikan. Mereka juga belajar untuk menerima kehadiran Lisa, dan mereka merasa bersyukur karena bisa berbagi rumah dengan arwah yang baik dan penuh kasih sayang.


Rumah itu tidak lagi terasa menakutkan atau misterius. Rumah itu terasa hangat dan penuh cinta, karena di dalamnya terdapat kenangan dua keluarga yang berbeda, namun saling terhubung oleh ikatan kasih sayang yang abadi. Dan keluarga itu tahu, bahwa mereka akan selalu memiliki tempat khusus di hati Lisa, seperti Lisa akan selalu memiliki tempat khusus di hati mereka. (E/S)